Tuesday, May 14, 2013

Hikayat Si Miskin


Karena gue kena remedial bahasa Indonesia kelas X menuju akhir semester 2 nih. Gue disuruh bikin sinopsis sama unsur intrinsik dari suatu hikayat. awalnya gue niatnya mau nyontek sinopsisnya. emang dasar sial aja gabisa =)) jadi harus nyimpulin sendiri. nah ini dia udah beres. kerjaan yang ngabisin waktu lumayan banyak tapi gapapalah gue rela asal gue ga repot kena remedial pas nanti :) coppas aja langsung kaliya :)

Hikayat Si Miskin
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandungan itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.

Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya










SINOPSIS
            Diceritakan ketika Batara Indera menyumpahi sepasang suami istri sehingga mereka dibuang dari kerajaan sampai mereka pun hidup sengsara. Karena kemelaratannya, mereka sampai diusir dari satu tempat ke tempat lain. Mereka pun diusirnya dengan penuh penghinaan dan kekerasan. Hingga suatu hari, sang istri yang sedang mengandung 3 bulan anak mereka menginginkan untuk memakan mangga dari pohon yang berada di taman kerajaan raja. Namun, si suami menolak keinginan tersebut. Tetapi, semakin ia menolak semakin keras pula tangisan istrinya yang sedang mengidam itu. Ia pun berusaha mencarikan buah mangga untuk istrinya.
            Ia pun pergi ke pasar dan meminta belas kasih pedagang untuk memberikannya buah mangga. Ia pun membawakan buah mangga hasil memintanya dari pasar. Namun, sang istri menolak untuk memakannya. Ia bersikeras ingin memakan buah mangga dari pohon yang ada di taman raja. Akhirnya ia meminta belas kasih raja untuk meminta buah mangga. Sang suami pun mendapatkan buah mangga yang diinginkan istrinya. Dengan bahagianya, sang istri memakan dengan lahap buah mangga yang didapatkan suaminya. Setelah usia kandungannya memasuki tahap melahirkan, sang istri pun melahirkan seorang putera yang mereka beri nama Marakarmah yang berarti anak di dalam kesukaran dan mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang.
            Ketika si suami menggarap lahan, ia menemukan peti harta karun yang berisi harta kekayaan dan kerajaan lengkap beserta isi-isinya. Si miskin pun berganti nama menjadi Maharaja Indera Angkasa dan istrinya pun berganti nama menjadi Tuan Puteri Ratna Dewi serta memberi nama kerajaannya Negeri Puspa Sari. Tak lama dari itu, lahirlah anak kedua mereka bernama Nila Kesuma. Suatu hari, sang putera dan puteri akan melaksanakan pertunangan, Maharaja pun memanggil ahli ramal dari Negeri Antah Berantah.
            Karena disuruh oleh raja Negeri Antah Berantah, ahli ramal pun mengada-ada ramalan mereka menjadi lebih buruk bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma hanya akan membawa celaka bagi orangtuanya dan Maharaja yang mendengar kabar tersebut pun merasa sedih. Ia pun mengusir putera-puterinya sehingga tak lama dari kejadian itu, Negeri Puspa Sari pun hancur. Sesampainya di hutan, Marakarma dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon. Marakarma pun mencari makanan untuk mereka. Ketika Marakarma sedang mencari api di kampong, ia disangka pencuri dan warga pun melemparnya ke laut. Sedangkan Nila Kesuma ditemukan oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya dan ia mengganti nama menjadi Mayang Mengurai.
            Setelah nasibnya terombang-ambing di lautan, Marakarmah pun ditemukan oleh Cahaya Chairani di daerah raksasa yang akan memakannya. Ia pun diselamatkan oleh Cahaya Chairani dan mereka menumpang kapal. Karena timbulnya nafsu nahkoda terhadap Cahaya Chairani, akhirnya ia pun menenggelamkan Marakarmah ke laut dan Marakarmah pun dimakan ikan dan tinggal di dalam perut ikan. Tak lama ikan tersebut terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan. Nenek Kebayan membelah perut ikan tersebut dengan padi karena disuruh oleh burung rajawali. Ternyata ditemukannya Marakarmah dan dijadikannya Marakarmah sebagai anak angkatnya.
            Nenek Kebayan berjualan bunga, tetapi Marakarmah menolak untuk berjualan bunga dengan alasan bunga yang ia jual dikenal oleh  Cahaya Chairani dan dapat mempertemukan sepasang suami istri tersebut. Nenek Kebayan pun menceritakan tentang kisah seorang raja yang menemukan seorang putrid dibawah pohon. Marakarmah pun yakin bahwa putri tersebut adalah adiknya yang selama ini ia cari. Ia pun memutuskan untuk mencari adiknya dan orangtua kandungnya. Maka, ia membunuh nahkoda kapal yang jahat padanya. Setelah ia menemukan adik dan orangtua kandungnya, dengan segenap tenaga dan benda masa lalu yang ia punya, ia membangkitkan Negeri Puspa Sari dan mengalahkan Negeri Antah Berantah yang dikuasai Raja Bujangga Indera yang tak lain adalah saudara istrinya, Cahaya Chairani.
            Akhirnya, Marakarmah pergi ke tempat mertuanya dan menggantikan Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.

UNSUR INTRINSIK
Tema                           : Kasih Sayang
Tokoh&Penokohan      : Maharaja : Baik, Mudah Ditipu, penuh kasih sayang ; Tuan Puteri Ratna Dewi : Baik, Penuh Kasih sayang ; Marakarmah : Baik, Bertanggungjawab, Pemberani; Nila Kesuma : Baik; Sultan Mangindera Sari : Baik; Nenek Kebayan : Baik; Raja Bujangga Indera : Jahat; Cahaya Chairani : Baik.
Alur                              : Maju
Latar                            : Tempat : Negeri Antah Berantah, Palinggam Cahaya, Negeri Puspa Sari, tempat raksasa, rumah Nenek Kebayan;Suasana : menyedihkan, mengharukan;Waktu : Ketika si miskin diusir dari kerajaan Batara Indera.
Sudut Pandang            : Orang ke 3 (menyebutkan nama (Marakarmah))
Amanat                        : Kita jangan mudah percaya terhadap kabar burung dan jangan mudah menyerah sehingga mudah dalam meraih kesuksesan.

2 comments:

  1. raniaaa!! sumpah ini ngebantu pisanpisanpisaan, aku jg disuruh nyari hikayat, susah pisan :( aku ikut copas gapapa ya? makassiiiih :*

    ReplyDelete