Waktu itu guru bahasa Indonesia ngasih tugas nih buat bikin artikel. Check it out! Meski ini artikel entah benar atau ngga, yaa mungkin aja bisa bantu kalian yang emang butuh.
Apa itu artikel?
Sebenernya sih artikel itu perlu dicantumin nama penulisnya terus banyak banget deh sistematika penulisan artikel itu. Tapi rame aja buat kalian yang emang suka banget sama dunia tulis-menulis. Semoga bisa bantu kalian yang butuh artikel yaa!
Memandang Arti Kemerdekaan Sesungguhnya
Sudah 68 tahun Indonesia merdeka.
Kemerdekaan. Apa sebenarnya arti kemerdekaan itu? Kemerdekaan ialah bebas dari
segala penjajahan. Secara nyata, kita bisa lihat tidak adanya penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa lain seperti dahulu kala, sebelum tahun kemerdekaan kita.
17 Agustus 1945 diproklamasikanlah bahwa negeri ini sudah bebas, merdeka dari
jajahan Belanda dan Jepang. Diakui oleh seluruh dunia bahwa Indonesia sebagai
negara merdeka. Secara hukum dan deklarasi, dapat dikatakan negeri ini adalah
negeri yang merdeka. Tetapi, benarkah kita sudah merdeka sepenuhnya? Apakah ini
kemerdekaan sesungguhnya?
Dari
segi hukum dan deklarasi memang kita sudah diakui secara sah sebagai negara
yang merdeka. Bagaimanakah dari segi yang lainnya? Segi kenyataan? Kita belum
sepenuhnya merdeka. Sesungguhnya kita masih berada dalam jajahan. Kita sebagai
warga negara Indonesia tidak sadar bahwa merdeka itu belum sepenuhnya kita
raih. Kemerdekaan itu kebebasan. Kebebasan itu tidak membatasi segala hal.
Kemerdekaan itu tidak hanya bebas dari penjajahan bangsa lain saja tetapi,
bebas pula dari jajahan warga negara sendiri.
Ada
yang secara baik, terselubung, bahkan tepat tanpa malu melakukannya dihadapan
ratusan juta penduduk Indonesia, seseorang/sekelompok orang masih bisa
menjajahi negeri ini. Betapa hebatnya negeri ini. Kemanakah arti perjuangan
yang diperjuangkan para pahlawan? Hilang begitu sajakah karena banyaknya
beragam kasus kriminalitas dan hukum di negeri ini yang mencoreng-moreng
martabak dan nama baik Indonesia?
Miris
dan naas sekali. Pahlawan dan para pejuang yang rela mati demi negeri ini,
memperjuangkan kemerdekaan negeri ini untuk bebas dari penjajahan dan
menginginkan negeri ini maju, malah saat ini generasi era baru ini
menghancurkan segala mimpi-mimpi itu. Bukannya rela mati-matian demi membela
negeri ini, melainkan mereka mempermalukan nama baik Indonesia di mata global
dengan kasus kejahatan yang mereka lakukan.
Kita
belum sepenuhnya terbebas dari penjajahan. Apakah kita sudah merdeka? Belum.
Kita masih dijajah oleh bangsa kita sendiri dengan cara mereka sendiri,
membodoh-bodohi banyak orang dan mengambil untung bagi diri mereka sendiri.
Banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Mereka tanpa memandang
rakyat kecil yang butuh seenaknya saja mengambil uang rakyat, memasukannya ke
pundi-pundi mereka sendiri. Tragisnya, mereka tidak sadar betapa terpuruknya
perekonomian negeri ini sedangkan mereka berleha-leha dan mengipas-ngipaskan
miliaran rupiah di ruangan mereka tanpa memperjuangkan negeri ini menjadi lebih
baik.
Selain
itu, banyaknya pemimpin yang hanya obral janji. Berbicara itu memang gratis,
tetapi apakah janji mudah diobral begitu saja? Janji itu adalah sesuatu yang
harus ditepati. Apabila tidak ditepati, maka dosa adalah tanggungannya di dalam
agama. Entah apa yang terbersit di pikiran para pejabat. Mereka hanya
membuang-buang pahala mereka dengan janji penuh dosa mereka tanpa membuktikan
dan menepati janji mereka. Apa yang mereka pikirkan? Hanya kedudukan, jabatan,
dan kekuasaan. Hanya sedikit yang benar-benar menepati janjinya.
Ada
pula ketidaksamaan keadilan di mata hukum. Katanya, kita semua ini sama di mata
hukum. Tetapi, kemanakah kesamaan itu? HAM mengatakan bahwa kita berhak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama di mata hukum. Mirisnya, di negeri ini keadilan tidak
terlihat secara langsung di mata rakyat. Kebenaran banyak yang disembunyikan
sedangkan kesalahan banyak yang dibela. Banyak harta pun menjadi kemenangan
bagi mereka yang salah. Hukum saja sudah seperti ini. Rakyat kecil yang notabene hartanya tidak sebanyak
pejabat negara dihukum seberat-beratnya dan mendapat denda sebesar-besarnya
sedangkan pejabat negara yang korupsi edan-edanan hanya mendapat hukuman
seringan-ringannya dan denda sekecil-kecilnya.
Bagaimana
negeri ini mau merdeka dari bangsa sendiri kalau masih seperti ini? Soekarno
pun mengatakan bahwa perjuangan para pahlawan dan pejuang ini tidak akan
seberat generasi ke depan karena mereka hanya melawan bangsa lain sedangkan
kami, generasi selanjutnya harus berjuang melawan bangsa sendiri yang
berkhianat kepada negeri ini. Kita masih dibelenggu dengan penjajahan intern.
Seharusnya kita sadar akan kebutuhan dan ingin memajukan negeri ini,
mencerdaskan, memakmurkan, menyejahterakan negeri ini.
Sebaiknya
kita sebagai generasi muda berusaha untuk dekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa
dan jauhi perilaku yang membuat negeri ini merugi. Berusaha untuk tidak
melakukan korupsi sejak dini, bersikap adil sejak dini. Untuk pemerintah
sebaiknya memberantas aparat-aparat hukum dan pejabat negara yang
menyelewengkan kekuasaannya. Hukum mereka seberat-beratnya dan denda mereka
sebesar-besarnya. Keadilan di mata hukum ditegakkan kembali, tidak ada yang
namanya harta melimpah bebas dari bui meski status kejahatannya tingkat kelas
kakap. Tidak memanjakan mereka yang memiliki harta tapi berstatus tersangka
dengan bui yang memiliki fasilitas layaknya hotel bintang 5. Biarkanlah mereka
merasakan apa yang rakyat kecil rasakan.
Tanamkan
rasa tanggung jawab dan tepati janji sejak dini. Ingat akan dosa apabila tidak
bisa menepati janji. Kalau tidak bisa menepati lebih baik tidak mencalonkan
diri saja jadi pejabat. Buatlah para tersangka korupsi merasa malu dengan apa
yang mereka lakukan, buat mereka jera, bukannya buat mereka tambah korupsi.
Terakhir, tanamkan kesadaran bahwa negeri ini belum sepenuhnya bebas dari
penjajahan. Tanamkan bahwa kita adalah generasi terpercaya untuk melakukan
perubahan, memajukan, menyejahterakan, memakmurkan, dan mencerdaskan negeri ini
agar lebih dihargai lagi di mata internasional. Kembalikan nama baik Indonesia.
No comments:
Post a Comment