Monday, October 21, 2013

Makalah Sosiologi - Mobilitas Sosial

ini ada isi makalah sosiologi nih tentang mobilitas sosial. maaf kalo ada typo-typo nya. semoga berguna dan check it out yaaa ;)

Hubungan Antara Mobilitas Sosial Dengan Status Sosial


Mobilitas sosial dengan status sosial ialah bagian dari struktur sosial. Sturuktur sosial yang terdiri atas berbagai kelas dan kelompok sosial membuat masyarakat yang berada di dalamnya berusaha untuk menggapai status impiannya agar dapat masuk dalam kelas/kelompok sosial yang diinginkan. Meskipun terkadang terjadi pergeseran yang menyebabkan status sosial seseorang turun dari status asalnya sehingga menyebabkan pergerakan status.

Pergerakan status ini perlu dipelajari karena dapat menjadi tolak ukur suatu kemajuan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan melalui pembangunan. Suatu pembangunandapat dikatakan berhasil/tidak diukur dari kesejahteraan peningkatan status sosial ekonomi suatu masyarakat. Maka karena adanya pergerakan suatu status sosial,menyebabkan terjadinya mobilitas sosial.

Pengertian Mobilitas Sosial


Secara etimologis, Mobilitas berasal dari kata Latin yaitu mobilis yang artinya mudah dipindahkan atau banyak bergerak.
Selain itu, Mobilitas Sosial berasal dari kata Mobilitas dan Sosial Mobilitas merupakan kata baku yang berasal dari bahasa inggris, mobility yang artinya pergerakan.
Berikut ini adalah pengertian mobilitas sosial menurut para ahli.

Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau perpindahan strata dari strata satu ke strata yang lainnya.
Kimbal Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu
Soerjono Soekanto, mobilitas sosial adalah gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu struktur sosial.

Pada dasarnya,pengertian mobilitas sosial ialah perpindahan status sosial maupun kedudukan seseorang. Sebagai contohnya, mobilitas seseorang dalam bidang pendidikan. Misalnya seseorang yang menamatkan pendidikan hingga jenjang perkuliahan maka dalam pekerjaannya ia mendapatkan posisi yang lumayan dengan gaji yang mencukupi kebutuhannya. Saat itu pula ia mengalami pergerakan status sosial.

Mobilitas sosial dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal. Mobilitas secara vertikal terjadi pada straatifikasi sosial (kelas sosial), sedangan secara horizontal terjadi pada diferensiasi sosial (kelompok sosial).

Pada dasarnya, faktor yang menyebabkan diferensiasi maupun stratifikasi adalah dasar terjadinya mobilitas sosial pula. Masyarakat dalam kelas sosial terbuka kemungkinan besar mengalami mobilitas sosial pada tingkat yang tinggi. Sebaliknya, orang yang berada pada kelas sosial tertutup mengalami tingkat mobilitas sosial rendah.

Status dan Peran Sosial

Setiap orang memiliki status dan peran sosial yang berbeda. Karena hal itu pula, ada berbagai cara untuk mendapatkan status sosial, yaitu :
a.       Status yang diperoleh melalui kelahiran (ascribed status)
Status ini lebih banyak dimiliki oleh orang-orang yang terdapat pada struktur sosial tertutup dan memiliki tingkat mobilitas rendah.
b.      Status yang diperoleh melalui perjuangan dan usaha (achieved status)
Status ini dapat dicapai oleh siapapun yang melaluinya dengan suatu usaha.
c.       Status sosial pemberian (assigned status)
Status ini berkaitan erat dengan status yang dimiliki melalui usaha (achieved status). Biasanya orang-orang yang berhasil diberikan suatu gelar tertentu.  Sebagai contoh, seorang pejuang yang gugur diberi gelar pahlawan.
Selain itu, dari cara mendapatkannya, status sosial dapat juga dibedakan dengan sifatnya. Berdasarkan sifatnya, status sosial dibagi menjadi 3. Yaitu status aktif, status pasif, dan status laten. Ketiganya ini dapat terjadi apabila  seseorang memiliki status sosial lebih dari satu. Sebagai contoh, seseorang memiliki status sosial sebagai guru dan pemilik yayasan sosial. Pada saat ia disekolah, status aktifnya ialah menjadi seorang guru dan status pasifnya ialah menjadi kepala yayasan. Sedangkan ketika ia sedang bertugas di kantor yayasan, status yang aktif adalah sebagai kepala yayasan dan status sebagi guru dianggap tidak aktif (status laten).

Selain itu,status sosial dapat dilihat melalui simbol-simbol disekitar orang yang bersangkutan. Misalnya, cara berpakaian seseorang, tempat tinggal, tempat rekreasi, dsb.

Status sosial sangat berkaitan erat dengan peran sosial. Status sosial bersifat pasif, peran sosial bersifat dinamis. Peran sosial sebanding dengan status sosial. Apabila sestatus sisal semakin tinggi, maka peran sosialnya pun semakin tinggi. Besarkecilnya peran sosial tergantung pada kemanfaatan dan tingkat status sosialnya.

Arah dan Saluran Mobilitas Sosial

Sifat status asal dan status tujuan menentukan arah mobilitas sosial. Apabila status asal rendah daripada status tujuan, maka arahnya dikatakan naik. Tetapi apabila status asal tinggi daripada status tujuan, maka arahnya dikatakan rendah/turun. Saluran mobilitas ini perlu dipelajari agar kita mengetahui cara yang harus ditempuh untuk mencapai status sosial yang diinginkan.

Arah Mobilitas Sosial


Arah mobilitas sosial terbagi menjadi 2 bagian. Yaitu, mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.



a.       Mobilitas Verikal (Vertical Mobility)
Ialah perpindahan status sosial pada lapisan yang berbeda (tidak sederajat). Mobilitas vertikal ini dibagi menjadi 3 yaitu :
1)      Vertikal Naik. Ciri status seseorang vertikal naik ialah:
a.       Perubahan status sosial lebih tinggi
b.      Membuat kelompok baru
  Sebagai contohnya, seseorang asalnya adalah seorang pelajar SMA kemudian menjadi seorang mahasiswa.
2)      Vertikal Turun. Ciri status seseorang mengalami vertikal turun :
a.       Turunnya status seseorang
b.      Turunnya derajat kelompok
 Contohnya, pengusaha yang kaya tiba-tiba bangkrut.
3)      Vertikal Naik-Turun. Seorang perwira mendapatkan kenaikan pangkat. Namun, ia harus pensiun.
Mobilitas Vertikal ini mengikuti 5 prinsip utama, yaitu :
1)      Tidak ada masyarakat yang benar-benar mutlak tertutup bagi mobilitas sosial vertikal.
2)      Tidak ada masyarakat yang bebas dalam mobilitas sosial vertikal.
3)      Setiap masyarakat memiliki cirri-ciri berbeda dalan mobilitas  sosial vertikal.
4)      Setiap faktor menyababkan cirri-ciri yang berbeda daripada mobilitas sosial
5)      Mobilitas sosial vertikal tidak bersifat kontinu.

a.       Mobilitas Horizontal (Horizontal Mobility)
Mobilitas ini tidak menyebabkan seseorang mengalami pergeseran kelas sosial. Ia hanya mengalami pergeseran kelompok sosial. Biasanya terjadi karena perubahan lingkungan fisik dan lingkungan pekerjaan.


a.       Mobilitas Lateral (Lateral Mobility/Geografis)
Perpindahan tempat (mobilitas lateral/lateral mobility) dapat terjadi pada seorang warga desa yang pindah ke kota ataupun sebaliknya. Maka, urbanisasi, transmigrasi, emigrasi, dan imigrasi merupakan jenis monilitas lateral. Mobilitas lateral biasanya dikaitkan dengan mobilitas vertikal naik/turun. Tetapi, yang dipandang bukan dari segi ekonomi, melainkan dari segi perpindahan tempat geografisnya.

b.      Mobilitas Struktural
Mobilitas ini terjadi karena perubahan teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian lainnya yang mengubah struktur dan jenis-jenis kelompok dalam masyarakat. Seperti contohnya, karena banyaknya pabrik, masyarakat agraris berubah menjadi masyarakat industri.

Selain itu, adapula mobilitas yang berkaitan dengan generasi. Yaitu:

c.       Mobilitas Intragenerasi
Dapat diartikan pula sebagai mobilitas dalam satu generasi atau perubahan status yang dialami seseorang dalam masa hidupnya. Misalnya seseorang yang asalnya adalah seorang petani kemudian menjadi pengusaha. Pergerakan status tersebut dialaminya selama hidupnya. Adapula contoh lain yaitu kakak-beradik. Kakaknya adalah seorang pengusaha sedangkan adiknya adalah seorang guru. Contoh ini dikatakan sebagai Mobilitas Intragenerasi Vertikal Turun yang terjadi pada satu generasi. Contoh lain ialah seorang mantan pejuang menjadi seorang pengusaha. Hal ini dikatakan sebagai Mobilitas Intragenerasi Vertikal Naik yang terjadi pada satu angkatan.

d.      Mobilitas Antargenerasi
Dapat diartikan sebagai mobilitas yang terjadi antara 2 generasi atau lebih atau perbedaan status seseorang dibandingkan dengan generasi yang sebelumnya. Sebagai contoh, orang tua yang berpenghasilan minim mengupayakan anaknya agar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi sehingga anaknya pun mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Hal ini dikatakan sebagai mobilitas antargenerasi. Dalam hal ini pula, terjadilah perbedaan status sosial antara generasi orang tua dengan generasi anaknya.

Saluran Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial tidak terjadi secara otomatis atau begitu saja. Tentu saja mobilitas sosial mengalami suatu proses. Menurut Pitrim A. Sorokin ada 5 saluran mobilitas yaitu angkatan bersenjata, lembaga pendidikan, lembaga keamanan, organisasi politik, organisasi ekonomi. Sebenarnya, saluran-saluran mobilitas sosial masi banyak, seperti lembaga perkawinan, organisasi profesi, organisasi kepemudaan, perkumpulan olahraga, asosiasi, dsb. Setiap lembaga menyediakan kesempatan bagi seseorang untuk mengalami pergerakan kedudukan sosial adalah pengertian dari saluran mobilitas sosial.

Mobilitas sosial tidak selalu berhubungan dengan pendapatan. Berikut ini akan diuraikan beberapa saluran mobilitas sosial penting yang menjadi jalan bagi seseorang untuk menggapai status sosial.


a)      Sekolah
Status sosial yang akan didapatka lebih baik apabila kita memiliki jenjang pendidikan. Karena di sekolah kita mendapatkan pengetahuan. Maka, semakin tinggi tingkat pendidikannya, makin tinggi pula informasi dan pengetahuan yang ia peroleh. Dengan itu pula, ia akan menjadi lebih unggul dan mengalami mobilitas sosial naik serta memudahkannya dalam mendapatkan pekerjaan.
b)      Organisasi Pemerintahan dan Swasta
Seseorang yang dapat memahami perjalanan karir seseorang dalam organisasi pemerintahan maupun swasta, dapat memahami pula peran organisasi tersebut dalam menyalurkan seseorang untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi.
c)       Lembaga Keagamaan
Setiap makhluk sama dimata Tuhan, tetapi sebagai warga masyarakat, mengalami perbedaan status sosialnya berdasarkan pada kelebihan-kelebihan tertentu. Seorang warga biasa yang awal mulanya hanya sebagai pemeluk agama saja lalu ia menjadi seorang ulama, maka terjadilah mobilitas sosial.
d)      Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi merupakan saluruan mobilitas sosial yang terbesar. Ini terjadi karena banyaknya organisasi ekonomi yang ada di lingkungan masyarakat, baik organisasi tersebut milik pemerintah maupun swasta. Setiap kegiatan yang bergerak di sektor ekonomi dapat dikatakan sebagai organisasi ekonomi.
e)      Organisasi Keahlian
f)       Angkatan Bersenjata

Faktor Penyebab dan Konsekuensi Mobilitas Sosial

                Faktor-faktor penyebab mobilitas sosial dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu Faktor struktur sosial , faktor kemampuan individu dan faktor kemujuran.

1. Faktor Struktur Sosial

Faktor sturktur sosial adalah kenginan untuk merubah ke status yang lebih tinggi. Faktor ini meliputi ketersediaan lapangan kerja (kesempatan), sistem ekonomi dalam suatu masyarakat (negara) dan tingkat kelahiran dan kematian penduduk.
Setiap masyarakat memiliki struktur social yang berbeda misalkan masyarakat pertanian tradisional menyediakan lapangan kerja seoerti mengolah sawah berbeda dengan masyarakat industri modern berbagai lapangan kerja mulai tersedia seperti tenaga produksi, pengawas dan lain lain.
Ketersedian lapangan pekerjaan yang berdampak langsung terhadap mobilitas juga dipengaruhi oleh angka pertumbuhan penduduk yaitu seandainya tingkat pertumbuhan lapangan kerja tetap, sedangkan jumlah penduduk bertambah tentu akan terjadi kelebihan tenaga kerja. Berpengaruh juga pada tinggi nya angka kelahiran tentunya dimasa depan akan terjadi ledakan jumlah pencari kerja.

2. Faktor Kemampuan Individu

                Faktor Kemampuan Individu adalah kualitas seseorang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
  • Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial. 
  • Orientasi Sikap terhadap mobilitas. Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatkan prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
  • Faktor Kemujuran. Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan. 
  • Faktor Pendidikan . Semakin terdidik seseorang biasanya semakin cakap, akan tetapi kemampuan tidak dapat disamakan dengan prestasi akademik yaitu angka tinggi di sekolah tidak menjamin keberhasilan hidup seseorang dalam hidup.
  • Etos Kerja . Dapat diartikan sebagai kebiasaan yang telah menjadi ciri khas seseorang atau suatu masyarakat dalam bekerja.



3. Faktor Keberuntungan

                Faktor  keberuntungan sebenarnya mempunyai peran kecil dalam keberhasilan seseorang maupun dalam mobilitas social. Peran factor keberuntungan hanyalah 1% sedangakan 99% nya adalah kerja keras. Walaupun factor keberuntungan turut menjadi penentu, namun hendak nya kita jangan menyerah kepada takdir, Sebab Tuhan tidak akan membiarkan kesuksesan tanpa orang itu mengusahakan nya.

Selain itu, ada pula faktor pendorong mobilitas sosial. Yaitu :
a.       Perubahan kondisi sosial
b.      Ekspansi territorial (Perluasan daerah)
c.       Pembagian kerja
d.      Situasi politik
e.      Komunikasi yang bebas
f.        Tingkat kelahiran yang berbeda

Lalu, ada pula faktor penghambat mobilitas sosial,yaitu :
a.       Tingkat pendidikan rendah
b.      Sudah puas dengan apa yang dimiliki
c.       Diskriminasi kelas
d.      Kemiskinan (Tingkat ekonomi rendah)
e.      Agama
f.        Perbedaan Gender

Cara terjadinya mobilitas sosial :
a. Perubahan standar hidup
b. Perubahan tempat tinggal
c. Perubahan tingkah laku
d. Perubahan nama
e. Pernikahan
f. Bergabung dengan asosiasi tertentu
  

4. Dampak  Mobilitas  Sosial


A. Dampak negatif

·      Konflik antar kelas.
Konflik antarkelas social tampak jika seseorang yang masuk ke dalam kelompok kelas social tertentu, mendapat penolakan dari masyarakat atau kelompok disekitar nya.

·      Konflik antar kelompok social.
Konflik yang terjadi pada kelompok-kelompok social dapat kita amati dari adanya persaingan antar kelompok social untuk merebutkan kekuasaan

·      Konflik antar  generasi
Konflik antara generasi terjadi  antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan
generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Misalnya, seorang pemuda yang enggan
membungkukkan badan jika bertemu dengan orang yang lebih tua .

2.   Dampak positif

a.     Penyesuaian
b.     Orang-orang akan berusaha untuk maju karena adanya kesempatan pindah status
c.     Mobilitas social akan lebih mempercepat tingkat perubahan social masyarakat kearah yang
       lebih baik

Konsekuensi Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial mempunyai konsekuensi terhadap kehidupan sehari-hari sama seperti stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial, karena pada dasarnya mobilitas sosial memiliki hubungan erat dengan struktur sosial ( stratifikasi dan diferensiasi ).
Mobilitas sosial merupakan proses perpindahan seseorang atau sekelompok orang dari kelas atau kelompok sosial yang satu menuju kelas atau kelompok sosial lainnya. Apabila seseorang berpindah dari satu status sosial menuju status sosial lain, tentu dia menghadapi beberapa kemungkinan. Kemungkinan-kemungkinan itu antara lain penyesuaian diri, terlibat konflik dengan kelas atau Kelompok sosial yang baru dimasukinya dan beberapa hal lain yang menyenangkan atau justru mengecewakan. Berikut ini akan bahas beberapa konsekuensi tersebut

Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Baru

Gaya hidup setiap kelas dan Kelompok sosial selalu berbeda. Gaya hidup kelas atas berbeda dengan gaya hidup kelas menengah atau kelas bawah. Gaya hidup guru berbeda dengan gaya hidup pedagang. Perbedaan kultur antarkelompok sosial yang tercermin dalam gaya hidup seperti ini sering menjadi tantangan bagi anggota yang baru masuk melalui proses mobilitas sosial. Kelompok sosial yang dinamakan masyarakat desa, biasanya sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong royong, dan paguyuban. Berbeda dengan kultur masyarakat kota yang bersifat individualistis, mementingkan diri sendiri dan impersonal.
Penyesuaian diri seperti ini berlaku bagi siapa saja yang memasuki kelas atau Kelompok sosial baru sebagai akibat mobilitas sosial. Ketika anda memasuki lingkungan baru disekolah, secara sadar (atau tidak sadar) anda melakukan penyesuaian. Penyesuaian diri seperti ini dapat terjadi dengan baik jika lingkungan baru yang dimasuki mau menerima kehadiran pendatang baru. Tidak semua kelas atau Kelompok sosial mau menerima pendatang baru. Apabila hal ini terjadi maka mobilitas yang dialami seseorang menghadapi konsekuensi kedua, yaitu terjadi konflik

Konflik dengan Lingkungan Baru

Konflik terjadi bila kelas atau Kelompok sosial yang baru dimasuki tidak bersedia menerima kehadiran anggota baru. Konflik juga dapat terjadi apabila pendatang baru tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dimasukinya.
Seseorang tidak selalu dapat diterima di semua kelas dam Kelompok sosial. Orang-orang berperilaku menyimpang biasanya selalu menghadapi konflik dengan lingkungan di manapun ia berada.

Adanya Harapan dan Kekecewaan

Struktur masyarakat yang terbuka telah membuka kesempatan terjadinya mobilitas secara luas. Setiap orang bisa mencapai status sosial yang diinginkannya asal berusaha keras. Lebih-lebih dalam masyarakat demokratis yang memberikan kesempatan sama kepada semua warganya. Tidak ada halangan bagi siapapun untuk mencapai kedudukan, pekerjaan, atau penghasilan yang lebih tinggi. Keterbukaan ini selain memberikan kesempatan untuk terjadinya mobilitas naik, juga sekaligus memberikan kemudahan pula untuk terjadinya mobilitas menurun. Akibatnya, penurunan status dan kenaikan status sosial memiliki peluang yang sama untuk dialami seseorang. Baik peningkatan maupun penurunan status dapat berdampak positif dan negative.
Mobilitas naik memberikan kesempatan bagi orang yang mengalaminya untuk menikmati hidup secara lebih baik. Hal itu tentu saja merupakan harapan baik bagi semua orang. Orang-orang yang memperoleh kedudukan lebih tinggi berarti memperoleh pendapatan lebih tinggi pula. Kualitas hidupnya semakin meningkat.
Akan tetapi, di sisi lain mobilitas terbuka dapat menimbulkan persaingan yang mengarah kepada konflik. Selain itu, keterbukaan luas bagi semua orang untuk mengalami mobilitas naik sering menimbulkan harapan terlalu tinggi. Tidak selamanya harapan-harapan yang muluk-muluk untuk mencapai status sosial yang lebih baik dapat tercapai. Pada kondisi seperti inilah seseorang dapat mengalami kekecewaan sehingga hidupnya tidak bahagia. Padahal kebahagiaan jauh lebih berharga daripada status sosial.

No comments:

Post a Comment