ini ada isi makalah sosiologi nih tentang mobilitas sosial. maaf kalo ada typo-typo nya. semoga berguna dan check it out yaaa ;)
Hubungan Antara Mobilitas Sosial Dengan Status Sosial
Mobilitas sosial dengan status sosial ialah bagian dari
struktur sosial. Sturuktur sosial yang terdiri atas berbagai kelas dan kelompok
sosial membuat masyarakat yang berada di dalamnya berusaha untuk menggapai
status impiannya agar dapat masuk dalam kelas/kelompok sosial yang diinginkan.
Meskipun terkadang terjadi pergeseran yang menyebabkan status sosial seseorang
turun dari status asalnya sehingga menyebabkan pergerakan status.
Pergerakan status ini perlu dipelajari karena dapat
menjadi tolak ukur suatu kemajuan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan melalui
pembangunan. Suatu pembangunandapat dikatakan berhasil/tidak diukur dari
kesejahteraan peningkatan status sosial ekonomi suatu masyarakat. Maka karena
adanya pergerakan suatu status sosial,menyebabkan terjadinya mobilitas sosial.
Pengertian Mobilitas Sosial
Secara
etimologis, Mobilitas berasal dari kata Latin yaitu mobilis yang artinya
mudah dipindahkan atau banyak bergerak.
Selain itu,
Mobilitas Sosial berasal dari kata Mobilitas dan Sosial Mobilitas merupakan
kata baku yang berasal dari bahasa inggris, mobility yang artinya
pergerakan.
Berikut ini adalah pengertian mobilitas sosial menurut
para ahli.
Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu
gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau
perpindahan strata dari strata satu ke strata yang lainnya.
Kimbal Young dan Raymond W. Mack, mobilitas
sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu
Soerjono Soekanto, mobilitas sosial adalah
gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi
suatu struktur sosial.
Pada dasarnya,pengertian mobilitas sosial ialah
perpindahan status sosial maupun kedudukan seseorang. Sebagai contohnya,
mobilitas seseorang dalam bidang pendidikan. Misalnya seseorang yang menamatkan
pendidikan hingga jenjang perkuliahan maka dalam pekerjaannya ia mendapatkan
posisi yang lumayan dengan gaji yang mencukupi kebutuhannya. Saat itu pula ia
mengalami pergerakan status sosial.
Mobilitas sosial dapat terjadi secara vertikal maupun
horizontal. Mobilitas secara vertikal terjadi pada straatifikasi sosial (kelas
sosial), sedangan secara horizontal terjadi pada diferensiasi sosial (kelompok
sosial).
Pada dasarnya, faktor yang menyebabkan diferensiasi
maupun stratifikasi adalah dasar terjadinya mobilitas sosial pula. Masyarakat
dalam kelas sosial terbuka kemungkinan besar mengalami mobilitas sosial pada
tingkat yang tinggi. Sebaliknya, orang yang berada pada kelas sosial tertutup
mengalami tingkat mobilitas sosial rendah.
Status dan Peran Sosial
Setiap orang memiliki status dan peran sosial yang
berbeda. Karena hal itu pula, ada berbagai cara untuk mendapatkan status
sosial, yaitu :
a.
Status yang
diperoleh melalui kelahiran (ascribed status)
Status ini lebih banyak dimiliki oleh orang-orang yang
terdapat pada struktur sosial tertutup dan memiliki tingkat mobilitas rendah.
b.
Status yang
diperoleh melalui perjuangan dan usaha (achieved status)
Status ini dapat dicapai oleh siapapun yang melaluinya
dengan suatu usaha.
c.
Status sosial
pemberian (assigned status)
Status ini berkaitan erat dengan status yang dimiliki
melalui usaha (achieved status). Biasanya orang-orang yang berhasil
diberikan suatu gelar tertentu. Sebagai
contoh, seorang pejuang yang gugur diberi gelar pahlawan.
Selain itu, dari cara mendapatkannya, status sosial
dapat juga dibedakan dengan sifatnya. Berdasarkan sifatnya, status sosial
dibagi menjadi 3. Yaitu status aktif, status pasif, dan status laten.
Ketiganya ini dapat terjadi apabila
seseorang memiliki status sosial lebih dari satu. Sebagai contoh,
seseorang memiliki status sosial sebagai guru dan pemilik yayasan sosial. Pada
saat ia disekolah, status aktifnya ialah menjadi seorang guru dan status
pasifnya ialah menjadi kepala yayasan. Sedangkan ketika ia sedang bertugas di
kantor yayasan, status yang aktif adalah sebagai kepala yayasan dan status
sebagi guru dianggap tidak aktif (status laten).
Selain itu,status sosial dapat dilihat melalui
simbol-simbol disekitar orang yang bersangkutan. Misalnya, cara berpakaian
seseorang, tempat tinggal, tempat rekreasi, dsb.
Status sosial sangat berkaitan erat dengan peran
sosial. Status sosial bersifat pasif, peran sosial
bersifat dinamis. Peran sosial sebanding dengan status sosial. Apabila
sestatus sisal semakin tinggi, maka peran sosialnya pun semakin tinggi.
Besarkecilnya peran sosial tergantung pada kemanfaatan dan tingkat status
sosialnya.
Arah dan Saluran Mobilitas Sosial
Sifat status asal
dan status tujuan menentukan arah mobilitas sosial. Apabila status asal rendah
daripada status tujuan, maka arahnya dikatakan naik. Tetapi apabila status asal
tinggi daripada status tujuan, maka arahnya dikatakan rendah/turun. Saluran
mobilitas ini perlu dipelajari agar kita mengetahui cara yang harus ditempuh
untuk mencapai status sosial yang diinginkan.
Arah Mobilitas Sosial
Arah mobilitas sosial terbagi menjadi 2 bagian. Yaitu,
mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
a.
Mobilitas Verikal (Vertical
Mobility)
Ialah perpindahan status sosial pada lapisan yang
berbeda (tidak sederajat). Mobilitas vertikal ini dibagi menjadi 3 yaitu :
1)
Vertikal Naik. Ciri
status seseorang vertikal naik ialah:
a.
Perubahan status sosial
lebih tinggi
b.
Membuat kelompok baru
Sebagai
contohnya, seseorang asalnya adalah seorang pelajar SMA kemudian menjadi seorang
mahasiswa.
2)
Vertikal Turun. Ciri
status seseorang mengalami vertikal turun :
a.
Turunnya status seseorang
b.
Turunnya derajat kelompok
Contohnya,
pengusaha yang kaya tiba-tiba bangkrut.
3)
Vertikal Naik-Turun.
Seorang perwira mendapatkan kenaikan pangkat. Namun, ia harus pensiun.
Mobilitas
Vertikal ini mengikuti 5 prinsip utama, yaitu :
1)
Tidak ada masyarakat yang
benar-benar mutlak tertutup bagi mobilitas sosial vertikal.
2)
Tidak ada masyarakat yang
bebas dalam mobilitas sosial vertikal.
3)
Setiap masyarakat memiliki
cirri-ciri berbeda dalan mobilitas
sosial vertikal.
4)
Setiap faktor menyababkan
cirri-ciri yang berbeda daripada mobilitas sosial
5)
Mobilitas sosial vertikal
tidak bersifat kontinu.
a.
Mobilitas Horizontal (Horizontal
Mobility)
Mobilitas ini tidak menyebabkan seseorang mengalami
pergeseran kelas sosial. Ia hanya mengalami pergeseran kelompok sosial.
Biasanya terjadi karena perubahan lingkungan fisik dan lingkungan pekerjaan.
a.
Mobilitas Lateral (Lateral
Mobility/Geografis)
Perpindahan tempat (mobilitas lateral/lateral
mobility) dapat terjadi pada seorang warga desa yang pindah ke kota ataupun
sebaliknya. Maka, urbanisasi, transmigrasi, emigrasi, dan imigrasi
merupakan jenis monilitas lateral. Mobilitas lateral biasanya dikaitkan dengan
mobilitas vertikal naik/turun. Tetapi, yang dipandang bukan dari segi ekonomi,
melainkan dari segi perpindahan tempat geografisnya.
b.
Mobilitas Struktural
Mobilitas ini terjadi karena perubahan teknologi,
urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian lainnya yang mengubah
struktur dan jenis-jenis kelompok dalam masyarakat. Seperti contohnya, karena
banyaknya pabrik, masyarakat agraris berubah menjadi masyarakat industri.
Selain itu, adapula mobilitas yang berkaitan dengan
generasi. Yaitu:
c.
Mobilitas Intragenerasi
Dapat diartikan pula sebagai mobilitas dalam satu
generasi atau perubahan status yang dialami seseorang dalam masa hidupnya.
Misalnya seseorang yang asalnya adalah seorang petani kemudian menjadi
pengusaha. Pergerakan status tersebut dialaminya selama hidupnya. Adapula
contoh lain yaitu kakak-beradik. Kakaknya adalah seorang pengusaha sedangkan
adiknya adalah seorang guru. Contoh ini dikatakan sebagai Mobilitas
Intragenerasi Vertikal Turun yang terjadi pada satu generasi. Contoh lain
ialah seorang mantan pejuang menjadi seorang pengusaha. Hal ini dikatakan
sebagai Mobilitas Intragenerasi Vertikal Naik yang terjadi pada satu
angkatan.
d.
Mobilitas Antargenerasi
Dapat diartikan sebagai mobilitas yang terjadi antara 2
generasi atau lebih atau perbedaan status seseorang dibandingkan dengan
generasi yang sebelumnya. Sebagai contoh, orang tua yang berpenghasilan minim
mengupayakan anaknya agar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi sehingga
anaknya pun mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Hal ini dikatakan sebagai mobilitas
antargenerasi. Dalam hal ini pula, terjadilah perbedaan status sosial antara
generasi orang tua dengan generasi anaknya.
Saluran Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial tidak terjadi secara otomatis atau
begitu saja. Tentu saja mobilitas sosial mengalami suatu proses. Menurut Pitrim
A. Sorokin ada 5 saluran mobilitas yaitu angkatan bersenjata, lembaga
pendidikan, lembaga keamanan, organisasi politik, organisasi ekonomi.
Sebenarnya, saluran-saluran mobilitas sosial masi banyak, seperti lembaga
perkawinan, organisasi profesi, organisasi kepemudaan, perkumpulan olahraga,
asosiasi, dsb. Setiap lembaga menyediakan kesempatan bagi seseorang untuk
mengalami pergerakan kedudukan sosial adalah pengertian dari saluran
mobilitas sosial.
Mobilitas sosial tidak selalu berhubungan dengan
pendapatan. Berikut ini akan diuraikan beberapa saluran mobilitas sosial
penting yang menjadi jalan bagi seseorang untuk menggapai status sosial.
a)
Sekolah
Status sosial yang akan didapatka lebih baik apabila
kita memiliki jenjang pendidikan. Karena di sekolah kita mendapatkan
pengetahuan. Maka, semakin tinggi tingkat pendidikannya, makin tinggi pula
informasi dan pengetahuan yang ia peroleh. Dengan itu pula, ia akan menjadi
lebih unggul dan mengalami mobilitas sosial naik serta memudahkannya dalam
mendapatkan pekerjaan.
b)
Organisasi Pemerintahan dan
Swasta
Seseorang yang dapat memahami perjalanan karir
seseorang dalam organisasi pemerintahan maupun swasta, dapat memahami pula
peran organisasi tersebut dalam menyalurkan seseorang untuk mencapai kedudukan
yang lebih tinggi.
c)
Lembaga Keagamaan
Setiap makhluk sama dimata Tuhan, tetapi sebagai warga
masyarakat, mengalami perbedaan status sosialnya berdasarkan pada
kelebihan-kelebihan tertentu. Seorang warga biasa yang awal mulanya hanya
sebagai pemeluk agama saja lalu ia menjadi seorang ulama, maka terjadilah
mobilitas sosial.
d)
Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi merupakan saluruan mobilitas sosial
yang terbesar. Ini terjadi karena banyaknya organisasi ekonomi yang ada di
lingkungan masyarakat, baik organisasi tersebut milik pemerintah maupun swasta.
Setiap kegiatan yang bergerak di sektor ekonomi dapat dikatakan sebagai
organisasi ekonomi.
e)
Organisasi Keahlian
f)
Angkatan Bersenjata
Faktor Penyebab dan Konsekuensi Mobilitas Sosial
Faktor-faktor penyebab mobilitas
sosial dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu Faktor struktur sosial , faktor
kemampuan individu dan faktor kemujuran.
1.
Faktor Struktur Sosial
Faktor sturktur sosial adalah
kenginan untuk merubah ke status yang lebih tinggi. Faktor ini meliputi
ketersediaan lapangan kerja (kesempatan), sistem ekonomi dalam suatu masyarakat
(negara) dan tingkat kelahiran dan kematian penduduk.
Setiap masyarakat memiliki
struktur social yang berbeda misalkan masyarakat pertanian tradisional
menyediakan lapangan kerja seoerti mengolah sawah berbeda dengan masyarakat
industri modern berbagai lapangan kerja mulai tersedia seperti tenaga produksi,
pengawas dan lain lain.
Ketersedian lapangan pekerjaan yang berdampak langsung
terhadap mobilitas juga dipengaruhi oleh angka pertumbuhan penduduk yaitu
seandainya tingkat pertumbuhan lapangan kerja tetap, sedangkan jumlah penduduk
bertambah tentu akan terjadi kelebihan tenaga kerja. Berpengaruh juga pada
tinggi nya angka kelahiran tentunya dimasa depan akan terjadi ledakan jumlah
pencari kerja.
2. Faktor Kemampuan Individu
Faktor
Kemampuan Individu adalah kualitas seseorang, baik
ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.
Faktor Individu meliputi :
- Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang
cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
- Orientasi Sikap terhadap
mobilitas. Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam
meningkatkan prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan,
kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
- Faktor Kemujuran. Walaupun
seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang
kala mengalami kegagalan.
- Faktor Pendidikan . Semakin
terdidik seseorang biasanya semakin cakap, akan tetapi kemampuan tidak
dapat disamakan dengan prestasi akademik yaitu angka tinggi di sekolah
tidak menjamin keberhasilan hidup seseorang dalam hidup.
- Etos Kerja . Dapat
diartikan sebagai kebiasaan yang telah menjadi ciri khas seseorang atau
suatu masyarakat dalam bekerja.
3. Faktor Keberuntungan
Faktor keberuntungan sebenarnya mempunyai peran
kecil dalam keberhasilan seseorang maupun dalam mobilitas social. Peran factor
keberuntungan hanyalah 1% sedangakan 99% nya adalah kerja keras. Walaupun
factor keberuntungan turut menjadi penentu, namun hendak nya kita jangan
menyerah kepada takdir, Sebab Tuhan tidak akan membiarkan kesuksesan tanpa
orang itu mengusahakan nya.
Selain itu, ada pula faktor
pendorong mobilitas sosial. Yaitu :
a.
Perubahan kondisi sosial
b.
Ekspansi territorial (Perluasan
daerah)
c.
Pembagian kerja
d.
Situasi politik
e.
Komunikasi yang bebas
f.
Tingkat kelahiran yang berbeda
Lalu, ada pula faktor penghambat
mobilitas sosial,yaitu :
a.
Tingkat pendidikan rendah
b.
Sudah puas dengan apa yang
dimiliki
c.
Diskriminasi kelas
d.
Kemiskinan (Tingkat ekonomi
rendah)
e.
Agama
f.
Perbedaan Gender
Cara terjadinya mobilitas sosial :
a.
Perubahan standar hidup
b.
Perubahan tempat tinggal
c.
Perubahan tingkah laku
d. Perubahan
nama
e.
Pernikahan
f.
Bergabung dengan asosiasi tertentu
4.
Dampak Mobilitas Sosial
A.
Dampak negatif
· Konflik
antar kelas.
Konflik antarkelas
social tampak jika seseorang yang masuk ke dalam kelompok kelas social
tertentu, mendapat penolakan dari masyarakat atau kelompok disekitar nya.
· Konflik
antar kelompok social.
Konflik yang terjadi
pada kelompok-kelompok social dapat kita amati dari adanya persaingan antar
kelompok social untuk merebutkan kekuasaan
· Konflik
antar generasi
Konflik antara
generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama
dan
generasi muda yang
ingin mengadakan perubahan. Misalnya, seorang pemuda yang enggan
membungkukkan badan
jika bertemu dengan orang yang lebih tua .
2. Dampak positif
a. Penyesuaian
b. Orang-orang akan
berusaha untuk maju karena adanya kesempatan pindah status
c. Mobilitas social akan
lebih mempercepat tingkat perubahan social masyarakat kearah yang
lebih baik
Konsekuensi Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial mempunyai konsekuensi terhadap kehidupan
sehari-hari sama seperti stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial, karena
pada dasarnya mobilitas sosial memiliki hubungan erat dengan struktur sosial (
stratifikasi dan diferensiasi ).
Mobilitas sosial merupakan proses perpindahan seseorang atau
sekelompok orang dari kelas atau kelompok sosial yang satu menuju kelas atau
kelompok sosial lainnya. Apabila seseorang berpindah dari satu status sosial
menuju status sosial lain, tentu dia menghadapi beberapa kemungkinan.
Kemungkinan-kemungkinan itu antara lain penyesuaian diri, terlibat konflik
dengan kelas atau Kelompok sosial yang baru dimasukinya dan beberapa hal lain
yang menyenangkan atau justru mengecewakan. Berikut ini akan bahas beberapa
konsekuensi tersebut
Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Baru
Gaya hidup setiap kelas dan Kelompok
sosial selalu berbeda. Gaya hidup kelas atas berbeda dengan gaya hidup kelas
menengah atau kelas bawah. Gaya hidup guru berbeda dengan gaya hidup pedagang.
Perbedaan kultur antarkelompok sosial yang tercermin dalam gaya hidup seperti
ini sering menjadi tantangan bagi anggota yang baru masuk melalui proses
mobilitas sosial. Kelompok sosial yang dinamakan masyarakat desa, biasanya
sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong royong, dan paguyuban.
Berbeda dengan kultur masyarakat kota yang bersifat individualistis,
mementingkan diri sendiri dan impersonal.
Penyesuaian diri seperti ini berlaku
bagi siapa saja yang memasuki kelas atau Kelompok sosial baru sebagai akibat
mobilitas sosial. Ketika anda memasuki lingkungan baru disekolah, secara sadar
(atau tidak sadar) anda melakukan penyesuaian. Penyesuaian diri seperti ini
dapat terjadi dengan baik jika lingkungan baru yang dimasuki mau menerima
kehadiran pendatang baru. Tidak semua kelas atau Kelompok sosial mau menerima
pendatang baru. Apabila hal ini terjadi maka mobilitas yang dialami seseorang
menghadapi konsekuensi kedua, yaitu terjadi konflik
Konflik dengan Lingkungan Baru
Konflik terjadi bila kelas atau
Kelompok sosial yang baru dimasuki tidak bersedia menerima kehadiran anggota
baru. Konflik juga dapat terjadi apabila pendatang baru tidak bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru dimasukinya.
Seseorang tidak selalu dapat diterima
di semua kelas dam Kelompok sosial. Orang-orang berperilaku menyimpang biasanya
selalu menghadapi konflik dengan lingkungan di manapun ia berada.
Adanya Harapan dan Kekecewaan
Struktur masyarakat yang terbuka
telah membuka kesempatan terjadinya mobilitas secara luas. Setiap orang bisa
mencapai status sosial yang diinginkannya asal berusaha keras. Lebih-lebih
dalam masyarakat demokratis yang memberikan kesempatan sama kepada semua
warganya. Tidak ada halangan bagi siapapun untuk mencapai kedudukan, pekerjaan,
atau penghasilan yang lebih tinggi. Keterbukaan ini selain memberikan
kesempatan untuk terjadinya mobilitas naik, juga sekaligus memberikan kemudahan
pula untuk terjadinya mobilitas menurun. Akibatnya, penurunan status dan
kenaikan status sosial memiliki peluang yang sama untuk dialami seseorang. Baik
peningkatan maupun penurunan status dapat berdampak positif dan negative.
Mobilitas naik memberikan kesempatan
bagi orang yang mengalaminya untuk menikmati hidup secara lebih baik. Hal itu
tentu saja merupakan harapan baik bagi semua orang. Orang-orang yang memperoleh
kedudukan lebih tinggi berarti memperoleh pendapatan lebih tinggi pula.
Kualitas hidupnya semakin meningkat.
Akan tetapi, di sisi lain mobilitas
terbuka dapat menimbulkan persaingan yang mengarah kepada konflik. Selain itu,
keterbukaan luas bagi semua orang untuk mengalami mobilitas naik sering
menimbulkan harapan terlalu tinggi. Tidak selamanya harapan-harapan yang
muluk-muluk untuk mencapai status sosial yang lebih baik dapat tercapai. Pada
kondisi seperti inilah seseorang dapat mengalami kekecewaan sehingga hidupnya
tidak bahagia. Padahal kebahagiaan jauh lebih berharga daripada status sosial.
No comments:
Post a Comment