kali ini, ada postingan makalah sosiologi tentang kajian sosiologi. aku cuma posting isinya aja, cover, daftar isi, kata pengantar, dan penutup tidak dipostingkan (maaf). kajian sosiologi ada di bab 1 untuk kelas 1 sma/kelas X bagi kurikulum lama (sebelum 2013). semoga bermanfaat :)
Bab
1 – Kajian Sosiologi
A.
Sejarah dan Perkembangan
Konsep Dasar Pemikiran Sosiologi Sebagai Ilmu
Manusia
sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas kaitannya dengan membutuhkan makhluk
yang lain. Baik hubungan individu maupun kelompok. Manusia tidak akan pernah
lepas dengan kehidupan sosial selama hidupnya berlangsung. Hubungan yang
terjadi antara manusia dengan lingkungannya yang dalam sistem kehidupannya
bersama dapat disebut juga sebagai masyarakat. Selain itu, manusia juga
membentuk suatu sistem sosial yang menghasilkan suatu produk dan dapat kita
sebut sebagai kebudayaan.
Suatu kajian
mengenai masyarakat sangat penting untuk dilakukan karena untuk menangani suatu
permasalahan yang ada di masyarakat harus berdasar pada informasi yang akurat
dan hanya dapat dihasilkan melalui suatu studi sosiologi. Untuk itu, kita harus
mengetahui kompetensi minimal sebagai dasar untuk memahami problematika sosial
di lingkungan sekitar.
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Dahulu,
sosiologi masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung dalam filsafat. Materi yang
dibahas belum bisa dikatakan sebagai ilmu sosiologi karena materi filsafat saat
itu masih berkaitan dengan etika yang membahas bagaimana seharusnya masyarakat
itu sedangkan sosiologi membahas kenyataan yang ada di masyarakat itu. Ilmuwan
yang mengembangkan filsafat sosial diantaranya adalah :
1
Plato (429-347 SM) membahas
unsur-unsur sosiologi tentang negara.
2
Aristoteles (384-322 SM) membahas unsur sosiologi dgn etika
sosial.
Plato
Aristoteles
Ilmuwan-ilmuwan
lain yang memberikan sumbangan dalam sosiologi :
J.Locke
JJ Roseau
T. Hobes
Mereka
memberikan sumbangan dalam sejarah ilmu sosiologi dengan membentuk ilmu yang
disebut sosiologi dengan pemikiran mereka tentang kontak sosial. Namun,
sampai awal tahun 1800-an, sosiologi masih belum dianggap sebagai ilmu
pengetahuan.
(gambar diatas ini adalah gambar bapak
Auguste Comte yang dikenal sebagai bapak sosiologi) Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur
relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali
diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai
bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang
pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam
tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode
ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan
klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini
merupakan pandangan baru pada saat itu. Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan
bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi
organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi
sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian. Seorang
Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun
1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik
yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Pada
saat sosiolohi masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung di dalam filsafat, dan disebut dengan nama
filsafat sosial, materi yang dibagas tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
sosiologi seperti yang dikenal sekarang . sebab pada saat itu materi filsafat
sosial masih mengandung unsur etika yang membahas tentang bagaimana seharusnya
masyarakat itu (das solen) , sedangkan sosiologi yang berkermbang saat ini
merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana kenyataan yang ada dalam
masyarakat (das sein) .
Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology)
Empat yang sampai kini pikirannya masih dipakai
dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile
Durkheim. Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang
pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Pandangan mereka juga digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu
politik, ekonomi, antropologi, dan sejarah.
1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan
istilah awal : SOCIAL PHYSICS (FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah
digunakan oleh ahli statistik sosial BelgiaAdophe Quetelet, maka istilah diubah
menjadi sociology. Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan
yakni:
1. Statika sosial (social static) : mengkaji
tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.
2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan
perubahan social. Dinamika mewakili perubahan. Progres dlm membaca fenomena
sosial perlu melihat masyarakat secara keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara
statika dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa
bagian-bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi
harus dilihat sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan.
2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari
kalangan keluarga rohaniwan Yahudi. Ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels
menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis buku : Das
Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu
meninggal. Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal
dan industri, ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan
untuk mengontrol atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan
mengonytol sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya
memiliki sedikit atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah.
Terjadi penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx
pada dua kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki memiliki
alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR (kelas bawah/ para
buruh yg bekerja pada borjuis). Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam
itu (penindasan /eksploitasi kaum borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat
dihentikan dengan cara mengganti atau merusak system kapitalis. Caranya dengan
melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian mengg antinya dengan system yg
lebih menghargai martabat manusia. Disamping dipuja banyak orang, Marx juga
dikecam banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama sebagai candu
masyarakat“ (the opium of the people).
2. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari
keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai
pikiran beliau tentang birokrasi) yg menduduki posisi politik penting,
sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat (juga
mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan etika protestan dengan spirit
kapitlisme industrial). Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar
hukum. Setelah berhasil mengambilgelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi
hukum, di samping itu ia juga bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan
Munich. Ia banyak mendalami masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg
terkenal berjudul “ A Contribution to the histoy of Medieval Business
Organizations” dan “ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904)
. Dalam bukunya yg kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan
antara etika protesan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Pandangan
Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan tindakan-tindakan
social (social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim digolongkan
“nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg riil
secara obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg menunjukan pada sekumpulan
individu yg menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosila inilah
yg kemudian menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi
social.
4. Émile Durkheim (1858-1917)
Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari
keluarga yg mewarisi tradisi sebagai pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya
bersekolah untuk menjadi pendeta. Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat
produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “ The division of Labor in Society”
(1968) membahas mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian kerja.
Ia mengemukakan bahwa di bidang perekonomian seperti industri modern terjadi
penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan
pembagian kerja ke dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin
rinci. Pembagian tersebut dijumapai pula di bidang perniagaan dan pertanian.
Lalu melebar pula pada bidang-bdang kehidupan yg lainnya : hokum, politik,
kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian durkheim ialah untuk memahami
fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui factor penyebabnya.
Seorang
manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun
orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin
menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal
menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan
melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat.
Sosiologi
berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki
arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut
ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak,
berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
Objek
dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang
dihasilkan dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk
meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya.
Pokok
bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial,
tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.
Tokoh
utama dalam sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857) berasal dari perancis
yang merupakan manusia pertama yang memperkenalkan istilah sosiologi kepada
masyarakat luas. Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia
internasional. Di Indonesia juga memiliki tokoh utama dalam ilmu sosiologi yang
disebut sebagai Bapak Sosiologi Indonesia yaitu Selo Soemardjan / Selo Sumarjan
/ Selo Sumardjan.
Setelah itu, tak lama kemudian, ada
beberapa pemikiran baru tentang sosiologi yang terkemuka, yakni :
1)
Difusionisme, menekankan pada
pengaruh masyarakat individual yang saling bergantung dan meyakini bahwa
perubahan sosial terjadi karena masyarakat menyerap suatu ciri atau kebudayaan
dari masyarakat lain.
2)
Fungsionalisme, memandang
masyarakat sebagai suatu jaringan institusi-institusi, seperti perkawinan dan
agama sehingga menyebabkan perubahan pada setiap institusi.
3)
Strukturalisme, menekankan
struktur sosial sebagai sesuatu yang paling berpengaruh dalam masyarakat dan
berpendapat bahwa peran dan status sosial menentukan tingkah laku manusia.
1.
Objek Kajian Sosiologi Sebagai Suatu Ilmu
Sosiologi
muncul sebagai disiplin ilmu setelah pengkajian masyarakat lepas dari pengaruh
filsafat, yakni Emile Durkheim merintis kajian menggunakan penelitian ilmiah. Seorang manusia akan
memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut
kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula
yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga
saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat
kelompok dalam masyarakat.
Sosiologi berasal dari bahasa yunani
yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan
logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut ahli sosiologi lain yakni
Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta
sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang
berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk
mengendalikan individu.
Objek dari sosiologi adalah
masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan
tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Pokok bahasan dari ilmu sosiologi
adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan
sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.
Tokoh utama dalam sosiologi adalah
Auguste Comte (1798-1857) berasal dari perancis yang merupakan manusia pertama
yang memperkenalkan istilah sosiologi kepada masyarakat luas. Auguste Comte
disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia internasional. Di Indonesia juga
memiliki tokoh utama dalam ilmu sosiologi yang disebut sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia yaitu Selo Soemardjan / Selo Sumarjan / Selo Sumardjan.
Semakin
meluasnya objek kajian sosiologi, akhirnya Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa
:
a. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
macam-macam gejala sosial. Sebagai contoh : gejala ekonomi dengan agama.
b. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala
sosial dengan gejala nonsosial. Sebagai contoh : gejala geografis, gejala
biologis, dan sebagainya.
c. Sosiologi mempelajari ciri-ciri umum dari segala jenis gejala sosial.
Berikut
adalah cabang-cabang dari sosiologi karena penelitian (analisis) yang
menganalisis tentang cara hidup dan bergaul manusia yang perlu dipelajari
sifat-sifat biologis manusia :
1. Kriminologi, mengkaji tindak criminal dan penyebabnya serta usaha-usaha
pengembangan berbagai metode pencegah kejahatan.
2. Demografi, mempelajari bentuk, komposisi, dan persebaran populasi
manusia.
3. Ekologi Manusia, mempelajari struktur lingkungan perkotaan dan pola-pola
penempatan dan pertumbuhan penduduknya.
4. Ekologi Politik, mempelajari cara-cara seseorang mendapatkan dan
menggunakan kekuasaan dalam suatu sistem politik, munculnya gerakan politik.
5. Psikologi Sosial, mempelajari tingkah laku sosial yang dilakukan oleh
individu dan hubungannya dengan individu lain dalam suatu masyarakat.
6. Sosiolinguistik, mempelajari cara manusia menggunakan bahasa dalam
situasi masyarakat.
7. Sosiologi Pendidikan, mempelajari dan memahami lembaga pendidikan
mentransformasikan perilaku budaya dan tradisi masyarakat.
8. Sosiologi Ilmu Pengetahuan, mempelajari mitos dan berbagai pola sosial
seperti ekonomi, tradisi budaya, dan hubungan keluarga.
9. Sosiometri, pengukuran secara ilmiah mengenai hubungan antara
anggota-anggota kelompok. Alat ukurnya disebut sosiogram.
10. Sosiologi Urban, mempelajari kondisi dan masalah sosial yang terjadi di
kota-kota.
A. Sosiologi Berfungsi Mengkaji Realitas Sosial
Sosiologi terapan mampu menangani masalah
sosial praktis dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seseorang melakukan
kajian di suatu tempat mengenai kemiskinan lalu menghasilkan analisis yang
akurat lalu atas dasar analisi tersebut dijadikan kajian untuk mengatasi
masalah tersebut. Untuk mewujudkan peran tersebut, sosiologi berusaha mengupas
realitas untuk mengungkap fakta dibalik fenomena sosial.
1.
Berbagai Realitas Sosial di Masyarakat
Untuk memahami suatu masyarakat tidak
bisa secara langsung karena masyarakat terbentuk dari berbagai aspek.
Masyarakat tersusun atas berbagai realitas sosial dan untuk memahami masyarakat
tersebut, kita perlu memahami realitas sosialnya. Dalam istilah yang digunakan
Emile Durkheim, realitas sosial disebut juga fakta sosial. Fakta sosial ialah
cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang bersumber kekuatan dari
luar individu yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu. Secara lebih
rinci, Soerjono Soekanto (1982) meyatakan bahwa masyarakat terdiri atas
beberapa realitas sosial sebagai berikut :
a) Interaksi Sosial, cara komunikasi manusia yang dapat dilihat.
b) Kebudayaan, suatu ciptaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hiduo
dan melindungi diri.
c) Nilai dan Norma Sosial, Nilai sosial adalah sesuatu yang bersifat
abstrak dan merupakan prinsip-prinsip yang berlaku di suatu masyarakat.
Sedangkan norma sosial ialah bentuk konkret (nyata) dari nilai-nilai sosial
yang berupa peraturan, kaidah-kaidah, atau hukuman.
d) Stratifikasi Sosial, pengelompokan atau strata seseorang dalam
masyarakat.
e) Status dan Peran Sosial, status sosial ialah posisi seseorang dalam
masyarakat. Sedangkan peran sosial ialah tingkah laku yang muncul dari seseorang
yang memiliki status sosial. Status sosial bersifat pasti sedangkan peran sosial
bersifat dinamis (berubah-ubah).
f) Perubahan Sosial, perubahan yang terjadi di suatu masyarakat.
2.
Hubungan Antarrealitas Sosial
Enam aspek di atas saling berhubungan, saling memengaruhi,
dan salingmenentukan. Aspek yang satu berpengaruh terhadap aspek yang lain,
dansebaliknya. Hubungan yang terjadi antaranggota masyarakat,
mencerminkanadanya hubungan antarrealitas sosial yang ada. Berikut
penjelasan adanya hubungan antarrealitas sosial :
- Hubungan
antara Nilai Sosial dengan Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu interaksi sosial
di masyarakat tidak dapat dilepaskandari pengaruh nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat itu. Hal ini terjadi karenaseseorang dalam
bertindak harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku.
- Hubungan
antara Norma Sosial dengan Interaksi Sosial
Suatu masyarakat memerlukan norma agar
mengarahkan interaksi sosial. Begitupun sebaliknya, interaksi sosial yang
dilakukan seseoarang akan mempengaruhi norma sosial.
- Hubungan antara Status dan
Peranan Sosial dengan Interaksi Sosial
Setiap orang
yang memiliki status dan peran yang harus dijalankan. Contoh : seorang
berstatus ustad maka peran dimasyarakat sebagai pembimbing.
d.
.Hubungan antara
Kebutuhan Dasar, Norma, dan Istitusi Sosial
Suatu norma
yang berkaitan akan membentuk rangkaian norma yang disebut sebagai institusi
untuk mengatur kebutuhan dasar.
e.
Hubungan
Antara Peran Sosial dengan Kebudayaan
Peran sosial
terjadi karena adanya kebudayaan di masyarakat, tidak terjadi secara naluriah.
f.
Hubungan
antara Kelas Sosial dengan Interaksi Sosial
Kelas sosial memengaruhi tingkah laku
seseorang, nilai-nilai yang dianut,dan gaya hidup orang yang berada dalam kelas
sosial tersebut.
B. Fenomena di Masyarakat Sebagai Sumber Data Penelitian Sosiologi
Semua realitas sosial dapat dipelajari
oleh ilmu sosiologi dan dapat dipelajari pengaruhnya terhadap fenomena sosial
yang terjadi di masyarakat. Berbagai gejala sosial dapat dikaji oleh sosiologi.
Untuk memahaminya, kita memerlukan suatu studi sosial. Studi ini memungkinkan
kita melakukan identifikasi data sosiologis mengenai fenomena dengan
lingkungan.. Studi sosial merupakan kajian segala sesuatu yang berhubungan
dengan individu, kelompok, atau institusi yang menyusun masyarakat. Saat kita
mengkaji ketiga hal tersebut, berarti kita meneliti dari sudut pandang hubungan
sosial dan kelompok.
Dalam
pelaksanaan kajian sosial, kita membutuhkan 4 keterampilan pokok yaitu :
1.
Mengkaji, mengumpulkan
data/informasi.
2.
Intelektual, menentukan dan
menganalisis persoalan.
3.
Kerja kelompok, memudahkan
pelaksanaan penelitian kajian sosial.
4.
Sosial, kemampuan berinteraksi
dan bergaul dengan masyarakat (supel).
Tambahan lainnya, kita harus kritis dalam
mengajukan pertanyaan mengenai objek yang dikaji dan berusaha menemukan sendiri
jawabannya. Metode seperti ini dinamakan metode penemuan. Informasi yang kita
cari adalah data sosiologis. Data sosiologis ialah keterangan/informasi
mengenai objek sosiologi yang dibutuhkan untuk membuktikan teori.
Jenis-jenis
data sosiologis ada 2, yaitu :
1.. Data
Kualitatif.
Data
kualitatif adalah hasil penelitian yang tidak dapat diukur dengan angka/ukuran
lain yang bersifat eksak. Data kualitatif dapat diperoleh melalui :
a.
Penelitian historis, mengkaji
peristiwa-peristiwa masa lampau untuk dapat memahami kejadian masa kini.
b.
Penelitian komparatif,
membandingkan dua objek yang dikaji.
c.
Studi kasus, memusatkan
perhatian kepada fenomena sosial yang nyata di masyarakat.
d.
Penelitian historis-komparatif
, gabungan antara penelitian historis dan komparatif. Metode ini digunakan
untuk mengkaji suatu objek yang membutuhkan dua pendekatan sekaligus persoalan
lebih efektif untuk dipecahkan.
2. Data Kuantitatif
Merupakan informasi hasil penelitian yang
berupa angka-angka. Gejala-gejala yang dikaji dapat diukur dengan skala,
indeks, tabel, ataupun rumus-rumus yang lalu diuji dengan rumus-rumus hitung
statistik. Dalam ilmu sosiologi, sosiologi lebih banyak menggunakan uji
statistik dalam mengkaji objek penelitian. Biasanya metode kuantitatif
menggunakan uji statistik secara lebih rumit.
C. Metode Pengkajian Sosiologi
Setiap ilmu pengetahuan memiliki metode
tersendiri dalam meneliti objek kajiannya. Dalam menjalankan oeran dan
fungsinya, sosiologi memerlukan metodologi yang tepat untuk dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Dengan metode yang tepat, berbagai realitas yang ada di
masyarakat dapat diungkap secara tepat.Pengungkapan yang tepat dapat menjamin
keputusan yang akan diambil. Maka dari itu, berikut adalah metode-metode yang
dilakukan ketika penelitian objek kajian sosiologi :
1. Metode Survei
Disebut juga sebagai metode polling dan
paling banyak digunakan dalam sosiologi. Digunakan untuk mengukur sikap
orang-orang mengenai berbagai hal. Ada dua macam pertanyaan dalam metode
survei, yaitu :
a.
Pertanyaan terbuka, pertanyaan
yang menghendaki jawaban berupa uraian bebas.
b.
Pertanyaan tertutup,
pertanyaan yang menghendaki responden menjawab sesuai dengan opsi yang ada..
Seorang
peneliti dapat memilih kelompok individu sebagai responden (sampel). Sampel
dapat dipilih secara acak (random) atau dapat dipilih sebagai perwakilan dari
masyarakat (proporsional). Metode ini dapat digunaka untuk mengetahui informasi
tentang sikap dan perilaku manusia.
2.
Metode Eksperimen Terkontrol
Digunakan untuk mempelajari
kelompok-kelompok kecil. Hanya ada sedikit pengkajian sosiologi yang dapat
dilakukan dalam sebuah laboratorium dalam kondisi yang terkontrol. Sebagai
contoh ada dua kelompok yang memiliki kesamaan dalam berbagai aspek tetapi ada
satu aspek yang berbeda yang akan diteliti. Aspek-aspek tersebut disebut juga
sebagai variabel.
3. Metode Pengamatan Lapangan (Observasi)
Observasi
adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan
secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini,
peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi
penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di
lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali
kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.
a. Tujuan Observasi
Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang
kehidupan sosial yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi
dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi
kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin
petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi
adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau
tempat penelitian.
b. Jenis-jenis Observasi
Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis,
yaitu observasi partisipasi dan observasi non partisipasi.
a. Observasi
partisipasi
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer
secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak
sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompokyang
ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral
dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi
penelitian. Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat
dalam situasi itu sehingga proseduryang berikutnya tidak mudah dicek
kebenarannya oleh peneliti lain.
b. Observasi non
partisipasi
Observasi non partisipasi adalah observasi yang dalam pelaksanaannya tidak
melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Cara ini
banyak dilakukan pada saat ini. Kelemahan cara ini antara lain kehadiran
pengamat dapat memengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.
c. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Observasi
dalam Pengumpulan Data
a. Kelebihan observasi
Kelebihan dari observasi, antara lain:
1. Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat
hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih
berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak
menggantungkan data-data dari ingatan seseorang.
2. Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan
berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering
subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut,
tidak punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya
pengamatan (observasi) langsung.
b. Kelemahan
observasi
Kelemahan dari observasi, antara lain:
1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh
pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku
Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu
adanya upacara adat tersebut.
2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu
fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena
perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit
atau tidak mungkin dilakukan.
3. Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati,
misalnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi,
seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar,
kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga
tersebut karena kurang jelas.
4. Metode Analisis Isi (Content
Analysis)
Analisis
isi merupakan metode penlitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari
sebuah teks. Atau dengan kata lain, analisis isi merupakan metode penelitian
yang ingin mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang laten.
Oleh karenanya, secara praksis metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam
tujuan, seperti; menjembatani isi dari komunikasi internasional, membandingkan
media atau ‘level’ dalam komunikasi, mendeteksi propaganda, menjelaskan
kecendrungan dalam konten komunkasi, dan lain-lain (Weber, 1990: 9). Dengan
demikian, analisis isi lebih akrab digunakan di bidang komunikasi.
Menurut Weber, pemahaman dasar dari analisis isi adalah bahwa
banyak kata sesungguhnya dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori yang
lebih kecil. Setiap kategori itu dibuat berdasarakan kesamaan makna kata, dan
kemiripan makna kata dari setiap teks atau pembicaraan. Dengan asumsi itu, kita
akan dapat mengetahui fokus dari pengarang, pembuat teks, atau pembicara dengan
menghitung jumlah kategori yang ada dalam teks tersebut. Oleh karenanya untuk
mengukurnya kategori-kategori itu, harus dibuat variable dari kategori tesebut
dan telah memiliki keajegan makna. Sebagaimana yang kita kenal dalam metodologi
kuantitatif, maka variabel yang ada harus valid dan reliabel. (Weber: 1990: )
Dalam kajian Weber, ada beberapa langkah dalam analisis isi
untuk mengumpulkan data diantaranya:
1.
Menetapkan
unit yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses pengaregorian data.
Dalam metode ini dapat dilakukan dengan beberapa level :
1.
Kata,
yaitu mengklasifikasi masing-masing kata
2.
Paragraf,
kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia terbatas, peneliti dapat
mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan berdasarakan paragraf. Namun hal ini
sulit mendapatkan hasil yang reliable karena cakupannya terlalu luas.
3.
Keseluruhan
teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks tersebut tidak terlalu
banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita koran.
2.
Menetapkan
kategori, ada dua tahap dalam menetapkan kategori. Pertama kita harus
mengetahui apakah hubungannya ekslusif (spesial). Kedua, harus seberapa
dekatkah hubungan antar unit dalam satu kategori.
3.
Melakukan
tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak ada ambiguitas dalam
kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi hal-hal yang tidak tepat
dalam skema klasifikasi
4.
Menilai
akurasi atau reabilitas
5.
Merefisi
aturan pengkodingan